Kamis, 19 Februari 2015

Ayo Jadi Mahasiswa M.A.L.A.S



Namun apa yang diharapkan mungkin belum sepenuhnya didapatkan. Pasalnya banyak mahasiswa yang sudah lulus malah menjadi pengangguran, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran sarjana atau lulusan universitas pada Februari 2013 mencapai 360 ribu orang, atau 5,04% dari total pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang. Data ini juga menjadi fakta bahwa kapasitas mahasiswa indonesia masih terbilang rendah.

Banyak faktor yang menyebabkan kenapa hal ini terjadi. Tentu selain faktor fasilitas yang kurang memadai, tenaga pengajar yang kurang, sampai perhatian pemerintah akan kompetensi mahasiswa masih begitu rendah, juga terdapat faktor internal dari mahasiswa itu sendiri. Banyak mahasiswa yang tidak memahami kapasitas belajarnya dikampus, juga bagian penting dari kesuksesan dimasa kuliah. Alhasil, banyak mahasiswa yang menghabiskan waktu dengan hal yang sia-sia.

Menjadi mahasiswa yang sukses dalam perkuliahan sebenarnya tidak terlalu sulit. Beragam tulisan juga pernah membahas tentang persoalan yang satu ini. Jangan Kuliah Kalo Nggak Sukses karya Setia Furqan Khalid misalnya, juga khusus membahas tips dan trik tentang mahasiswa yang sukses di dunia perkuliahan. Tapi dalam kesempatan ini saya akan membahas cara menjadi mahasiswa yang sukses dengan sistem M.A.LA.S. Dan berikut caranya:

Mahasiswa Mandiri (Taken From http://ubyssey.ca)1. Mandiri

Jadi mahasiswa sukses artinya harus siap mandiri. Selain mandi sendiri, kita juga wajib melakukan aktifitas lain sendirian.

Menurut Riki Sunjani Mahasiswa mandiri bisa dikategorikan ke dalam dua bagian, pertama mahasiswa yang mandiri secara kepribadian dan yang selanjutnya adalah mahasiswa yang mandiri dari segi materi. Keduanya jelas memiliki definisi berbeda, namun kedua sifat mandiri ini bisa dimiliki oleh seorang mahasiswa.

Pribadi mandiri dalam figur seorang mahasiswa sangatlah didambakan dan dibanggakan, baik oleh keluarganya dan teman-teman yang berada di sekitarnya. Mahasiswa yang mandiri sangat erat kaitannya dengan mahasiwa yang memiliki sifat kedewasaan, karena sifat kedewasaan inilah yang menuntun mahasiswa untuk lebih bersikap mandiri dalam hidupnya.

Ciri mahasiswa mandiri adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk mandiri dan bertanggung jawab di tengah arus besar tuntutan kebebasan. Seperti mengutip ungkapan yang dilontarkan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, beliau menyatakan “Yang bisa membedakaan mahasiswa dan siswa adalah kedewasaan. Mereka (mahasiswa) harus memegang dua hal substansial, yakni tanggung jawab dan kemandirian.”

Menjadi mahasiswa mandiri dan dewasa membutuhkan sebuah proses pendewasaan yang matang serta dibutuhkan analytical cases yang dalam. Orang yang sudah dewasa memiliki banyak kelebihan daripada seorang yang masih labil dari jati dirinya sendiri atau masih mencari jati dirinya. Orang dewasa tidak hanya dapat dilihat dari segi umur dan pengalaman hidupnya, karena orang yang berumur bukan berarti orang yang dewasa. Seperti sebuah istilah yang menyatakan “menjadi tua adalah pasti, menjadi dewasa adalah pilihan.” Jadi, seseorang yang memiliki umur lebih tua belum bisa di judge sebagai seorang yang memiliki kedewasaan.

Bagi para mahasiswa menjadi dewasa bukan hanya sebuah pilihan tetapi merupakan sebuah keharusan untuk hidup lebih baik dari sebelumya dan bisa menjadi lebih mandiri baik mandiri secara pribadi maupun mandiri secara materi. Seorang mahasiswa yang mandiri dan dewasa dapat diketahui memiliki beberapa karakteristik, seperti disebutkan dalam sebuah akronim. Seorang yang dewasa biasanya memiliki sikap 3R (Reliable, Responsible, Reasonable). Reliable yang dalam bahasa Indonesia berarti “dapat diandalkan”, tentunya sikap ini harus dimiliki oleh seorang mahasiswa yang dewasa dan mandiri. Karena mereka terkadang menjadi tumpuan teman-teman atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Yang kedua adalah Responsible yang berarti orang yang selalu bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat serta siap menanggung resiko apapun yang harus dihadapi. Terakhir sikap yang harus dimiliki mahasiswa adalah Reasonable yang berarti beralasan, karena setiap apapun yang dilakukannya haruslah dilandasi dengan dasar pemikiran dan tujuan yang jelas.

Lawan dari sifat mandiri adalah ketergantungan pada orang lain. Sifat ini pula yang menjadi salah satu racun bagi mahasiswa. Ketergantungan pada orang lain malah akan melemahkan mahasiswa, baik dari segi softskill maupun dari segi materil. Kemampuan khusus (Softskill) tidak akan pernah berkembang jika semua hal diserahkan pada orang lain. Bahkan dalam banyak kasus mahasiswa sering menggantungkan tugas akhirnya (baca : Skripsi) pada orang lain. Efeknya, selain tidak menambah kapasitasnya sebagai peneliti, nantinya juga akan terkena imbas akademik, misalnya jika ketahuan bahwa tulisan tersebut bukan karya original. Bisa jadi sanksi yang dikeluarkan pihak kampus berupa ketidaklulusan dan harus menulis ulang.

Mahasiswa Agamis (Taken From www.musharrafhussain.com)2. Agamis

Agamis adalah pandangan atau aktifitas hidup yang merujuk pada Agama.

Sebuah kesuksesan kiranya juga tidak dapat kita raih jika bukan karena usahan dan doa kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu, menjadi mahasiswa agamis juga merupakan bentuk kesyukuran kepada Allah.

 Alasan lain kenapa harus menjadi mahasiswa agamis karena dengan begitu kita akan terpacu melakukan aktifitas positif dan menghindari hal-hal negatif yang menghambat kesuksesan. Contoh saat hendak melakukan kecurangan saat ujian, mahasiswa agamis akan sangat berhati-hati sebab saat melakukan hal tersebut akan melakukan dua kesalahan, pertama karena melanggar peraturan akademik kedua karena sudah melakukan tindakan yang berujung pada ketidakjujuran. Tentu kebohongan merupakan sebuah tindakan yang diharamkan oleh agama.

Konon lagi di Aceh, provinsi yang menetapkan syariat islam sebagai landasan hukum. Harusnya dengan aturan ini mahasiswa lebih memahami tentang perannya sebagai penegak syariat. Sebab jika dari mahasiswanya sendiri sudah melakukan praktik-praktik yang menyimpang dari syariat. Terlebih lagi orang lain yang jauh dari dunia intelektual.

Bukti lain bahwa menjadi mahasiswa agamis akan berujung pada kesuksesan belajar di perkuliahan, dapat kita lihat pada kasus Mohammad Yasya Bahrul Ulum mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang berhasil membawa pulang medali emas dalam International Mathematics Competition (IMC) for University Student 2014.

Setelah diselidiki ternyata kesuksesan Yasya di ajang olimpiade Matematika tidak hanya karena ketekunannya dalam belajar dan berlatih soal. Ia selalu menyempatkan diri untuk salat malam setiap harinya.
Menurutnya, rutinitas tersebut ia lakukan untuk membangun mental positifnya.

Mahasiswa berjiwa pemimpin (Taken From www.worldvision.com.au)3. Leadership (Jiwa Kepemimpinan)

Jiwa kepemimpinan atau leadership erat kaitannya dengan kesuksesan mahasiswa. Sebab jiwa kepemimpinan sangat diperlukan dalam sebuah tim. Terlebih didunia kerja, adanya leadership merupakan sebuah keharusan. Maka tak heran jika perusahaan-perusahaan yang membuka lapangan kerja menuntut para mahasiswa memikili kemampuan dalam memimpin.

Dalam kegiatan Job Fair para calon yang hendak melamar pada sebuah perusahaan tertentu haruslah menyiapkan Curiculum Vitae (CV) terbaiknya. Tentu elemen yang juga menjadi stressing point adalah pada pengalaman dalam organisasi. Semakin banyak berorganisasi dengan jabatan strategis maka semakin besar peluang untuk diterima perusahaan tersebut. Apapun organisasinya. Sebab organisasi manapun pasti memiliki akar yang sama, yakni leadership.

A.Rani Usman dalam bukunya yang berjudul Kampus Sebagai Institusi Pencerahan mengatakan mahasiswa yang mau berkecimpung dalam suatu organisasi lebih cepat berhasil daripada yang tidak. Baik dalam masyarakat maupun pada masa kuliah. Sebab organisasi dijadikan wahan melatih diri, terutama kepemimpinan. Namun demikian, meski kadang prestasi yang mereka dapatkan dibangku kuliah biasa-biasa saja tetapi mutu dan intelektualnya sangat meyakinkan.

Oleh karenanya, betapa sangat dibutuhkan mahasiswa yang berjiwa pemimpin. Untuk ada beberapa tips mudah yang bisa diterapkan untuk membangun leadership sejak dini. Hal ini kemukakan oleh Dale Carnegie yakni berupa sembilan cara yaitu : menghindari kritik yang menjatuhkan, berikan penghargaan, memotivasi orang lain, beri perhatian, senyum, mengingat nama, menjadi pendengar yang baik, membicarakan minat yang disukai lawan bicara, jadikan orang lain sebagai orang yang penting.

Mahasiswa Aktif (Taken From www.whichblankareyou.com)        4. Aktif 

Jelas sekali, jadi mahasiswa aktif  itu sebuah kewajiban. Sebaliknya, hindari menjadi mahasiwa pasif.

Menurut hemat saya, mahasiswa harus aktif dalam dua hal.

Pertama. Aktif dalam kegiatan akademik. Semua kegiatan yang berbau pada perkuliahan harus kita ikuti dengan serius. Saat perkuliahan berlangsung kita bukan hanya dituntut menjadi pendengar yang baik tetapi juga menjadi penanya dan penjawab yang baik. Semakin aktif dikelas tentu meningkatkan nilai kita dimata dosen. Aktif dalam akademik sangat berpengaruh pada nilai (baca: IPK) dan bahkan pada kompetisi-kompetisi bidang studi yang kita ikuti. Oleh karena itu aktif saat belajar merupakan keharusan karena menjadi ciri khas mahasiswa berprestasi

Kedua. Aktif dalam kegiatan non akademik. Kegiatan ini bisa apa saja, seminar, donor darah, bakti sosial workshop dan lain-lain. Dan menurut saya, kegiatan non akademik lebih sangat berpengaruh pada kehidupan kita dibanding kegiatan akademik, pebandingannya hingga 70 : 30 . Sebabnya, kegiatan akademik hanya terbatas pada bidang studi yang kita lakoni saja, berbeda dengan kegiatan non akademik yang akan berpengaruh pada kapasitas diri dan relasi.

Ini adalah alasan paling penting tentang mengapa kita harus aktif di kampus. Minimnya jaringan adalah penyesalan yang biasanya muncul dari para fresh graduate. Padahal, kampus telah menawarkan berbagai kesempatan bagi kita untuk belajar dan membangun jaringan.

Selain itu, buah dari aktif disetiap kegiatan yaitu tumbuhnya sifat kreatif. Jika kita pikir, mahasiswa yang sering mengikuti seminar enterpreneur tentu dalam dirinya tumbuh ide untuk mengembangkan semangat berwirausaha itu. Sekali lagi semua bergantung pada keaktifan mahasiswa, hingga selanjutnya akan merubah mahasiswa biasa menjadi mahasiswa kreatif.

Dan yang pasti, tidak ada mahasiswa yang produktif kecuali mahasiswa aktif. Oleh karena itu mahasiswa sukses adalah mahasiswa yang aktif diberbagai kegiatan.

Mahasiswa Sopan5. Sikap (Attitude)

Sikap juga jadi penentu kesuksesan seseorang dalam studinya di perkuliahan. Secerdas apapun orang tersebut jika sikapnya tidak baik maka tidak ada gunanya.

Mengutip tulisan Asep Syahidin Al Misky bahwa Sikap atau sopan santun merupakan dasar yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa. Prestasi tanpa sopan santun bak singa kelaparan, daging apapun akan diterkamnya tak memikirkan itu baik atau buruk buatnya. Sama halnya dengan mahasiswa, mereka akan melakukan apa saja untuk meningkatkan prestasi akademisnya, dengan mencontek misalnya. Padahal itu adalah salah satu perbuatan  mahasiswa yang tidak memiliki sopan santun pada dirinya sendiri dan menganggap dirinya tidak mampu dan percaya diri.
Banyak orang yang menganggap sopan santun mengurangi rasa kebebasan bergaul, tetapi mengertilah bahwa dengan kita berlaku sopan santun kita akan dihargai orang lain.

Sebenarnya sikap ini adalah pelengkap dari semua yang telah saya jabarkan diatas. Jika kemudian sifat mandiri, agamis, punya jiwa kepemimpinan dan aktif tetapi tidak memiliki sikap yang baik, semuanya sia-sia saja. Jadi mari kita berperilaku yang baik kepada orang disekitar kita, dosen, teman, keluarga bahkan orang yang tidak kita kenal sekalipun.

Demikian tulisan ini. kiranya dapat bermanfaat untuk kita semua. Terkhusus untuk UUI (Universitas Ubudiyah Indonesia). Semoga dengan sistem M.A.L.A.S ini, Tercipta mahasiswa yang berprestasi dan berkarakter. Dan menjadikan UUI yang dikenal sebagai kampus cyber sebagai Kampus Impian. - See more at: http://aliwardanapaanggabeancenter.blogspot.com/
Menjadi mahasiswa sukses adalah impian semua mahasiswa didunia ini. Jelas sekali mahasiswa sukses punya banyak kesempatan untuk menatap masa depan yang lebih cerah. Pasalnya mahasiswa ini akan memiliki peluang kerja yang lebih besar dan memiliki relasi yang lebih luas.

Remaja, Riwayatmu Kini!!!

Remaja itu luar biasa. Punya banyak potensi yang bisa diikembangkan. Dan mampu mempengaruhi lingkuanganya.
Masa remaja adalah masa emas dalam fase kehidupan manusia. Sebab, semangat untuk menumbuhkan karakter masih tertanam kuat. Mencari jati diri menjadi kajian utama remaja.

Kemarin, saya sempat mengikuti sebuah kajian yang diisi oleh orang yang luar biasa. Katakanlah beliau termasuk orang yang sukses dan banyak dikagumi orang lain. Namun, ada kata-kata menarik yang beliau utarakan. Diusianya yang memasuki kepala tiga dan segala hal yang dia dapati. Dia mengatakan, “ jika saja saya kembali ke masa-masa seperti kalian (remaja), pasti akan luar biasa”. Bukan konsep bahwa beliau tidak bersyukur, tetapi bagaimana orang seperti ini melihat bahwa usia remaja menjadi fase yang benar-benar harus dimanfaatkan dengan baik. Untuk  orang setingkat beliau yang saya fikir sudah mendapatkan apa yang diinginkannya tetapi berangan-angan untuk kembali diusia remaja, artinya sangat disayangkan jika kita sebagai remaja menyia-nyiakan masa muda ini.

Namun sangat-sangat sayang. Apa yang terjadi pada remaja-remaja sekarang ini? Mereka para pelajar SMP dan SMA, mereka mahasiswa. Tapi mereka benar-benar linglung akan masa ini. Mereka tidak faham kalau masa ini adalah batu loncatan untuk menyeberangi kehidupan yang gelap tanpa cahaya. Mereka tak faham kalau nasib bangsa ini ada dipundaknya, mereka tak faham kalau umat ini membutuhkan mereka, mereka tak faham tentang bagaima usia muda ini akan dihisab oleh Allah SWT dan mintai pertanggung jawabannya.

Jika kemudian Indonesia hanya sebatas negara berkembang tak salah jika salah satu faktornya adalah remaja yang menyia-yiakan waktu.

Coba kita renungkan, status-status facebook hanya berisi kegalauan tantang pacarnya. Selalu dan selalu yang dibahas adalah pacarnya. “ Aku rindu kamu, sayaanngggg!”. Benar-benar memuakkan, dan ketika diputusin statusnya “Aku benci kamu, kamu gak bisa ngertiin aku. Lebih baik dengan orang lain yang bisa fahami aku”. Naudzubillah, setiap hari ada jutaan remaja yang menuliskan status berisikan kerinduan,kecintaan,benci dll. Yang kesemua itu tidak ada gunanya melainkan hanya menyia-nyiakan waktu dan fikiran ditambah penumpukan dosa. Jadi remaja kita yang rentan galau, manja, sedikit bekerja tapi banyak maunya, hedonis, individualis dll.

Saya hanya bingung, kenapa mereka tak berusaha melihat masa depan dan memanfaatkan fase ini dengan sebaik-baiknya. Bukankah mereka masih seorang siswa atau mahasiswa. Lantas apa yang bisa diharapkan jika tidak berbuat banyak, yang pada saat ini untuk uang jajan saja masih meminta pada orang tua.
Suatu ketika saya pernah bertanya dengan seseorang, berapa kali kamu sudah berganti pacar?. Jujur dia mengatakan sudah 8 kali. Saya benar-benar terkejut saat itu. Lalu dihanya membalasnya dengan ucapan, “ itu masih biasa, 8 itu masih standard”. What!

Berikutnya fenomenas selfie dengan pacarnya. Ini benar-benar menjijikan. Mereka yang bukan mahram ,bermaksiat dan malah diabadikan pula kemaksiatan itu dengan menjadikannya foto profil facebooknya.
Juga saya pernah bertemu dengan seseorang yang dia ini sering sekali menelpon pacarnya tanpa memperdulikan waktu, bahkan sehari minimal dia menelpon pacarnya dengan durasi 3 jam.

Mereka yang hanya bersantai-santai diwarung kopi, menghisap rokok dan berinternet ria tanpa tujuan yang jelas dan bermanfaat, mereka kebanyakan adalah remaja. Menyedihkan
Padahal jika mau, mereka bisa  berkreasi dalam bidang yang mereka inginkan. Belajar dan berusaha sejak diusia remaja. Bukan menghabiskan waktu mudanya untuk hura-hura seperti ini.

Sekedar pengingat, untuk menjadi professional itu kita membutuhkan waktu 10 tahun (Habits, Felix Y.Siauw). Belum lagi mengawali kebiasaan antara 1 sampai 2 tahun itu bukan sesuatu yang mudah. Lantas jika kemudian umur kita 20 tahun dan kita berusaha focus pada minat yang kita inginkan, maka kita akan benar-benar professional dalam bidang tersebut diumur 30 tahun.

Apa yang terjadi jika diusia remaja kita hanya bersantai-santai saja? Bisa dipastikan masa depannya akan suram. Sebab selama fase 1 sampai 2 tahun itu hanya efektif dilakukan oleh remaja. Remaja yang kemudian tidak bisa memanfaatkannya pada masa ini dan kemudian mencoba diusia senja. Percayalah dia tidak akan berhasil, dan jikapun berhasil dia menikmati hasilnya dalam waktu yang relatif singkat.

Berkaryalah! Tunjukan potensimu. Masa depan yang cerah menantimu. Dan berikut ada beberapa tips untuk menjadi evaluasi kita.

Tinggalkan pacaran
Terserah dengan dalih apapun kamu berpacaran tetap saja pacaran itu membawa mudharat. Dan kamu akan semakin bebas berkarya, focus pada apa yang kamu minati. Bukan fokus pada hal-hal yang gak penting seperti pacar.

Hijrah (Merantau)
Akan banyak pengalama dan hikmah yang akan kamu dapatkan. Dan kamu akan semakin bijak dalam memutuskan sikap.

Carilah passion mu (Minat)
Jika kamu berminat dalam bela diri, fokuslah kesana. Berusaha istiqomah hingga benar-benar professional. Ingat, jika kamu sudah professional. Bukan kamu yang akan mencari materi, tapi materilah yang akan mencarimu.

Berkarya dengan passionmu
Tunjukan karya-karya terbaikmu. Tunjukan kamu bukan pemuda yang biasa-biasa saja. Dengan karya kamu akan luar biasa.

Perbanyak diskusi
Semakin banyak diskusi  maka akan semakin banyak wawasan. Dan semakin banyak wawasan maka kamu akan mudah dalam melangkah.

Perbanyak membaca
Jadikan membaca sebagai kebiasaan utama. Akan banyak kejutan yang kamu dapatkan karena membaca.

Rabu, 18 Februari 2015

KKP DAN KPK BERSINERGI KELOLA SEKTOR KELAUTAN INDONESIA

No. 012/PDSI/HM.310/2/2015

SIARAN PERS
KKP DAN KPK BERSINERGI KELOLA SEKTOR KELAUTAN INDONESIA
Pengelolaan sektor kelautan menjadi penting dan strategis sebagai masa depan Indonesia. Hal itu sejalan dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo untuk menjadikan sektor kemaritiman sebagai sumber perekonomian bangsa. Dalam mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan tersebut diperlukan peran serta segenap elemen bangsa terutama dalam pengendalian dan pengawasan pengelolaannya. Maka, sinergitas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Aparat Penengak Hukum (APH) seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi sangat penting dan strategis. Hal ini dikemukakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam sambutannya pada acara Kick-off Meeting Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kelautan dan launching e-dalwas (pengendalian dan pengawasan) di Kantor KKP Jakarta,    Selasa (17/02).
Susi menegaskan, peran KPK sangat dibutuhkan dalam pencegahan tindak pidana korupsi dan penyelamatan sumber daya alam Indonesia di sektor kelautan. Seperti gayung bersambut, KPK mendukung penuh upaya KKP dalam tata kelola sektor kelautan yang bersih, transparan dan berkelanjutan. Sebagai bentuk dukungan itu, KPK melakukan kegiatan koordinasi dan supervisi atas pengelolaan ruang laut dan sumber daya kelautan di 34 provinsi. Kegiatan ini akan menjadi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kelautan di 34 Provinsi itu. “Dengan adanya Gerakan Nasional ini, kami mengucapkan terima kasih dan menyampaikan apresiasi atas inisiasi KPK. Hasil kajian KPK ini merupakan langkah lanjutan dalam mengelola SDA, dan juga jadi bahan evaluasi atas apa yang sudah dikerjakan KKP”, ungkap Susi
Susi juga mengungkapkn, kebijakan KKP telah sejalan dengan kajian KPK tentang pentingnya pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Beberapa kebijakan yang telah dilakukan KKP antara lain Pembentukan Satgas Illegal Fishing dan penerbitan peraturan terkait pengelolaan kegiatan/usaha perikanan. Hanya kurang dari 100 hari sejak Kabinet Kerja terbentuk, KKP setidaknya telah menerbitkan lima peraturan, yakni Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap (PERMENKP No. 56 Tahun 2014) dan Larangan Alih Muatan (Transhipment) Kapal Ikan di Laut (PERMENKP No. 57 Tahun 2014). Kemudian, peraturan Disiplin Pegawai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan KKP dalam pelaksanaan Moratorium Usaha Perizinan, Transhipment dan Penggunaan Nahkoda dan ABK Asing (PERMENKP No. 57 Tahun 2014) serta Penangkapan Lobster, Kepiting, dan Rajungan (PERMENKP No. 1 Tahun 2015). “Selanjutnya peraturan yang baru diterbitkan dan cukup menuai pro kontra yakni Permen nomor 2 Tahun 2015 tentang larangan penggunaan trawls dan cantrang, karena itu merusak”, ungkap Susi.
Pada kesempatan tersebut, Susi juga meminta kepada Gubernur atau wakil pimpinan daerah yang hadir untuk berperan aktif dalam mensosialisasikan setiap kebijakan di pemerintah pusat. Sehingga kebijakan tersebut dapat terkomunikasikan dengan baik sehingga tidak menimbulkan konflik. “Apabila perbaikan dalam rencana aksi ini ditindaklanjuti, saya meyakini akan tercapainya tujuan bersama, salah satunya adalah memperbaiki tata kelola di sektor kelautan”, ungkap Susi.
Tidak hanya itu, beberapa tujuan lain yang diharapkan dapat tercapai yaitu pengembangan sistem data dan informasi yang terintegrasi termasuk database, perizinan, monitoring dan evaluasi. Kedua, adanya kepatuhan para pihak (pelaku usaha) dalam melaksanakan kewajibannya. Tujuan ketiga, tercapainya harmonisasi terhadap aturan perundang-undangan yang terkait. Keempat, peningkatan kapasitas kelembagaan terutama kelembagaan yang berhubungan langsung dengan pengelolaan sumberdaya kelautan. “Terakhir, perlindungan dan pemberian hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya kelautan”, kata Susi.
Lebih lanjut Susi menambahkan, salah santu kunci suksesnya pengelolaan SDA yang berkelanjutan adalah transparan dan good governance, pengelolaan yang tertata dan jujur, Egosektoral sudah harus tidak ada lagi, adanya keterlibatan masyarakat secara aktif (partisipan aktif), adanya edukasi, sharing knowledge dan pelibatan media serta menjaga nilai-nilai sejarah dari budaya bahari. Oleh karena itu, dalam hal ini Susi berharap agar KPK bisa menjadi jembatan atas sumbatan masalah koordinasi antar unit kerja baik di pusat maupun pusat dengan daerah. Susi juga menghimbau kepada semua pihak agar memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang disepakati bersama, secara konsisten. “Karena tanpa keinganan yang kuat pelaksanaan kegiatan ini tidak akan berjalan”, tutup Susi.
Sebagai informasi, acara Kick-off Meeting Gerakan Nasional Penyelematan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kelautan dan Launching e-dalwas (pengendalian dan pengawasan) ini dihadiri 24 Kementerian.Lembaga; 34 Gubernur dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi; serta jajaran dari 10 Unit Kerja Eselon I lingkup KKP. Acara dilaksanakan di Ballroom, Gedung Mina Bahari III KKP.

Jakarta, 17 Februari 2015
Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi



Lilly Aprilya Pregiwati

Minggu, 15 Februari 2015

Kelompok Tani Elok Mekar Sari: Kelompok Pengolah

Kelompok Tani Elok Mekar Sari: Kelompok Pengolah:              Di Kelompok Tani Elok Mekar Sari ada sub kelompok baru yang khusus membuat olahan dari hasil perikanan. Nama kelompok ini adal...

Kamis, 12 Februari 2015

KKP Ingin Masyarakat Pesisir dan Nelayan Banyak Duit

Jakarta, HanTer - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengusung program kerja komersialisasi sektor kelautan dan perikanan. Program kerja itu, lebih ditujukan pada kelompok, masyarakat pesisir atau dalam hal ini nelayan yang menjadi target program penanggulangan kemiskinan. Kongkrit dari program komersialisasi, ada sinergi dari efektivitas lembaga keuangan terutama di pedesaan dengan peningkatan nilai tambah.

“Lembaga keuangan, bisa statusnya koperasi. Pemerintah pusat lebih banyak intervensi, sehingga meningkatkan kehidupan masyarakat sampai pada penciptaan nilai tambah,” ujar Dirjen Perikanan Tangkap (DJPT), Gellwyn Jusuf, di Jakarta, Rabu (29/10/2014).

KKP tidak terpaku pada satu atau dua program saja, tetapi beragam. Misalkan, program bantuan kapal Inka Mina yang sempat jadi pro dan kontra. Program tersebut akhirnya dihentikan, mengingat kegiatan pengoperasian sampai dengan pengadaan terus bermasalah di lapangan.

Hasil rapat DJPT dengan Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP), Susi Pudjiastuti, akhirnya muncul kesepakatan merealisasikan program 1.000 Kampung Nelayan.

Program tersebut, sebetulnya tidak berbeda jauh dengan Program Kehidupan Nelayan (PKN). Tetapi hal yang lebih mengena, yakni pada pendanaan yang triple track.

Pertama, KKP akan menindaklanjuti program pendanaan dari anggaran 12 kementerian atau lembaga negara. Selain itu, program 1.000 Kampung Nelayan juga akan disinergikan dengan alokasi dana desa (ADD). Pemerintahan saat ini, telah mengalokasikan anggaran khusus ADD pada APBN 2015 sebesar Rp9,1 triliun.

“Kami akan minta dana Rp1 milyar per desa. Track ketiga, KKP akan melanjutkan program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Pedesaan. Dari triple track (pendanaan), kita bisa wujudkan 1.000 kampung nelayan sampai lima tahun ke depan. Target minimal, satu tahun kami bisa bangun 100 (kampung) dulu,” ungkapnya.

Selama rapat, Susi menurut Gellwyn, mengarahkan program pengentasan kemiskinan pada delapan juta penduduk di beberapa daerah. Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah kelompok nelayan dan masyarakat pesisir. Program pengentasan kemiskinan harus mengutamakan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.

“By name, by address, ada datanya lengkap di BPS (Biro Pusat Statistik),” ungkapnya.

Kebijakan fiskal yang diterapkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), secara simultan akan mempercepat program pengentasan kemiskinan. Dari situ, Kemenkeu bisa menyalurkan bantuan kepada delapan juta masyarkat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

“(Kemenkeu) bisa menyalurkan dulu kepada delapan juta penduduk, mereka juga kelompok buruh yang tidak punya kapal (penangkapan ikan). (Penyaluran bantuan) untuk kelompok yang hampir miskin. Artinya, ketika ada sedikit saja kenaikan harga gula, beras, minyak, mereka langsung jatuh miskin,” imbuhnya.

Di kesempatan yang sama, Susi mengaku, tidak peduli dengan kritikan di luar KKP, yang meragukan kemampuan dan kompetensinya. Sebaliknya, ia justru mengajak pihak tertentu untuk terlibat dalam upaya pembenahan sektor kelautan dan perikanan termasuk illegal fishing.

“Kalau mereka bisa memperlihatkan kesombongan, mengapa tidak ikut membenahi. Tetapi, kalau hanya berkoar-koar, dan ngomong doang, buat apa?.” tegas Susi usai menjalani Serah Terima Jabatan di Gedung Mina Bahari III.

Esensi dari pembenahan sektor perikanan dan kelautan, Susi mengaku tidak muluk-muluk. Ia konsisten akan meneruskan program yang sudah dirintis menteri sebelumnya. Hal yang paling esensial dan harus segera dibenahi dalam rentang waktu tiga bulan yakni kinerja ekspor, dan illegal fishing.

“Kami akan menganalisa alat tangkap, sehingga bisa mendapatkan (ikan tangkapan nelayan) secara maksimum. Potensinya kan ada,” paparnya.

Upaya pembenahan dibarengi dengan sistem keja yang bagus. Selain itu, semua perangkat kerja di KKP akan berjalan dalam sistem yang berorientasi pada bisnis.

Semua perangkat kerja bermuara pada komersialisasi sektor perikanan dan kelautan. MKP juga akan mengedukasi nelayan untuk berpola pikir komersial. Secara simultan, MKP sudah mengumpulkan berbagai data terkait illegal fishing.

“Bukan hanya data illegal fishing, tetapi juga mengenai bantuan kapal dan lain sebagainya. Masyarakat bisa akses (informasi).” tutup Susi.
(Barliana Siregar)

Indonesia, Negara Maritim

Indonesia, Negara Maritim Kita
Indonesia adalah negara kaya.
Baik itu daratan maupun
kelautan. Banyak potensi yang
dapat dibanggakan. Diantaranya
wilayah darat yang memiliki
banyak potensi sumber daya alam
untuk menopang perekonomian
Indonesia. Selain itu, wilayah
kelautan juga tak kalah penting.
Dua pertiga dari luas negara
Indonesia adalah laut. Sehingga
14 persen dari garis laut di dunia
dimiliki oleh Indonesia. Sebanyak
17.504 juga bernaung di laut
Indonesia.
Tak salah jika banyak orang-
orang yang menyebutkan jika
Indonesia adalah negara surga
dengan kekayaan alam yang
melimpah ruah. Sebagai bangsa
yang mendiami surga itu
tentunya ada rasa kebanggaan
yang kita miliki dengan kondisi
yang demikian. Hanya saja,
sampai kapan kita akan terus
berbangga dan tidak melakukan
apa-apa untuk mempertahankan
negeri surga ini? Bisa jadi, suatu
saat surga ini akan berubah
menjadi neraka yang tidak
mungkin akan kita banggakan
lagi.
Ini bisa saja terjadi melihat
kenyataan yang terjadi. Potensi
laut kita sudah mulai tak terjamah
lagi. Nelayan kita masih banyak
yang berekonomi dibawah
cukup. Padahal jika Indonesia
merupakan negara laut yang
kaya, harusnya nelayan yang
merupakan salah satu pihak yang
ikut serta berperan dalam
menciptakan negara kelautan
menjadi negara maritim juga ikut
diuntungkan. Tapi begitulah
kenyaatan yang terjadi. Nelayan
yang miskin, sementara tak ada cara untuk memberikan kesadaran kepada nelayan kita untuk empotensikan kelauatan kita.
Mungkin juga berhubungan tingkat pendidikan. Rata-rata nelayan di Indonesia memiliki pendidikan yang rendah. Menjadi
nelayan hanya merupakan pilihan
karena tak ada pekerjaan yang
lebih layak didapatkan. Padahal,
jika kita pandai mengolah
kelautan, penghasilan sebagai
nelayan tidak akan
mengecewakan.
Pendidikan diIndonesia juga tak
mengenalkan secara utuh
tentang kelauatan. Misalkan saja,
wawasan kelauatan. Ini hanya
kita dapatkan melalui pelajaran
geografi. Tapi satu displin ilmu
yang khusus mengajarkan
tentang kelauatan belum ada di
bangku pendidikan. Dalam satu
disiplin ilmu yang khusus tentang
kelautan ini seharusnya diajarkan
bagaimana mengolah potensi
laut, mengetahui potensi laut
Indonesia, mengetahui luas
teritorial negara indonesia dan
hal-hal lain yang menyangkut
kelautan Indonesia. Di bangku
sekolah kita hanya diajarkan
tentang negara Indonesia yang
kaya dengan laut dan kita sebagai
rakyat Indonesia harus bangga
dengan potensi ini.
Boleh jadi, pengajaran yang
demikian yang menyebabkan kita
tak bisa berbuat apa-apa untuk
mengolah dan mempertahankan
kelautan Indonesia. Dan itu
berdampak sampai hari ini,
dengan tak adanya orang
mudaatau kita yang peduli
dengan kekayaan laut di negara
Indonesia. Yang lebih parah jika
hanya mengunjungi satu daerah
yang memiliki potensi laut yang
Indah, kita seorang muda
Indonesia hanya bisa
mengeluarkan kamera dan
tersenyum manis di depan lensa
untuk mengekspresikan
kebanggaan itu. Entah itu bangga
atau hanya menambah daftar
koleksi photo, juga tak jelas,
kenyataannya memang demikian.
Tapi, jika kurikulum di Indonesia
sudah mulai menyentuh arah
untuk mempotensikan kelautan
Indonesia dengan mempelajari
tentang bagaimana mengolah
laut, mengenal batas terotial dan
lain sebagainya tentunya generasi
muda mendatang tak akan sama
dengan generasi muda yang
narsis sekarang. Generasi muda
mendatang tentunya akan
menjasi generasi yang
memikirkan tentang potensi
kelautan Indonesia.
Generasi muda mendatang yang
telah dibekali pemahaman
demikian juga akan bertindak
dengan kasus yang terjadi
beberapa tahun lalu dengan
terlepasnya beberapa pulau milik
kita pada negara asing.
Kejadiannya mungkin tidak
seperti lalu yang hanya diam
membiarkan Sipadan, Ligitan
terlepas dan tidk menjadi bagaian
dari negara kita.
Selain pendidikan, tentunya
banyak hal lain yang perlu kita
lakukan untuk mempotensikan
negara kelauatan Indonesia.
Pembangunan negara kelautan
mungkin tidak diartikan secara
verbal yaitu membangun fasilitas-
fasil itas tertentu. Maksud
pembangunan laut adalah
bagiamana membuat laut lebih
berpotensi sehingga julukan
Indonesia sebagai negara
maritim tidak lagi sebagai
paradigma tetapi telah menjadi
kenyataan yang sesungnguhnya.
Banyak hal yang seharusnya kita
lakukan untuk membangun
paradigma yang demikian
sehingga menjadi suatu
kenyataan yang menyebutkan
negara Indonesia adalah negara
maritim.
Menurut catatan Prakoso
Bhairawa Putera (LIPI) yang
dimuat dalam suara Karya 10
Januari 2010 ada Ada lima aspek
atau pilar yang dapat menjadi
modal utama dalam menopang
penguatan pembangunan negara
maritim modern di Indonesia.
Kelima aspek tersebut meliputi:
Kesadaran geografis, penegakan
kedaulatan yang nyata di laut,
memberikan kontribusi akan
keberadaan negara maritim yang
modern dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, meletakkan
pentingnya penataan ruang
wilayah maritim dan penegakan
sistem hukum maritim.
Kelima pilar tersebut harus
diwujudkan untuk menciptakan
pembangunan Negara maritim.
Namun, yang paling terpenting
dari lima pilar tersebut adalah
kesadaran geografis. Mungkin
selama ini masyarakat Indonesia
belum memiliki kesadaran
geografis sehingga kurang
memahami potensi kelautan
negara Indonesia. Sebab
nyatanya masyarakat Indonesia
masih terkurung dalam mimpi
Indonesia negara kelauatan,
sementara tak bisa melakukan
apa-apa, hanya larut dalam
mimpi-mimpi tersebut. Kita hanya
bisa berbangga tanpa berbuat
apa-apa. Sudah saatnya kita
keluar dari mimpi tersebut dan
melakukan banyak hal untuk
menimbulkan kesadaran akan
negara maritim negara kita.

Rabu, 11 Februari 2015

Marak Mark Down Kapal Penangkap Ikan di Daerah

eanekaragaman hayati di wilayah pesisir dan laut meliputi kenakearagaman genetik, spesies dan ekosistem. Keanakeragaman hayati dengan nilai manfaatnya baik secara ekonomis, sosial, budaya, dan estetika perlu memperoleh perhatian serius agar strategi pengelolaan keanekaragaman hayati pesisir dan laut sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kawasan konservasi perairan merupakan bagian dari upaya pengelolaan atau konservasi ekosistem. Berangkat dari hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengeluarkan Permen Nomor 2/Permen-KP/2015 tentang Pelarangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
Selain itu, menyikapi terjadinya IUU fishing yang menyebabkan terjadinya kerugian bagi Indonesia dan untuk mentertibkan alih muatan di perairan Indonesia, KKP telah menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 56/PERMEN-KP/2014 tanggal 3 November 2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan  Negara Republik Indonesia untuk kapal perikanan yang dibangun di luar negeri serta Permen KP Nomor: 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kelautan dan perikanan Nomor: Per.30/Men/2012 tentang Usaha Perikanan tangkap di wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, dimana Permen ini mengatur tentang Pelarangan Pendaratan Ikan Hasil Tangkapan dari Kapal Penangkap Ikan yang Melalui Alih Muatan di Laut.
Dampak kebijakan KKP
Sikap tegas dan dampak pemberlakuan Permen tersebut bukan tidak mungkin memicu reaksi dari masyarakat, khususnya masyarakat nelayan di Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati dan Kota Tegal. KKP terus berupaya untuk menertibkan kapal-kapal yang tidak sesuai dengan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI).
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT), Gellwynn Jusuf mengatakan, nelayan di Kabupaten Rembang, Pati dan Tegal banyak menggunakan kapal dengan alat tangkap pukat tarik (dogol dan cantrang) dan pukat hela (pukat dorong untuk mencari udang rebon).
Gellwynn menambahkan jumlah kapal dengan alat tangkap kelompok pukat tarik di Kabupaten Rembang terdiri dari: Dogol sebanyak 1.430 unit, Cantrang sebanyak 302 unit, Pukat dorong untuk rebon sebanyak 30 unit. Total 1.762 unit. Sementara itu, jumlah kapal dengan alat tangkap di Kota Tegal adalah sebagai berikut: Pukat Tarik (Cantrang) sebanyak 760 unit, kapal selain Pukat Tarik selain 103 unit. Total sebanyak  863 unit. Di Pati sendiri jumlah kapal penangkap sebanyak 611 unit dan kapal pengangkut sebanyak 76 unit dengan total keseluruhan 687 unit.
“Kapal tersebut dimiliki oleh perseorangan dan kelompok nelayan. Untuk kapal-kapal yang menggunakan pukat hela dan pukat tarik saat ini sudah tidak beroperasi. Memang dampaknya nelayan banyak yang tidak melaut. Namun, jika kapal-kapal ini terus beroperasi akan memberikan efek buruk bagi ekosistem laut kedepannya,” ungkap Gellwynn.
Saat ini di Tegal sudah dihentikan pelayanan perpanjangan SIPI untuk kapal cantrang seiring dengan pemberlakuan Permen Nomor 2/Permen-KP/2015. Penggunaan alat penangkap ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) telah mengakibatkan menurunnya sumber daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan sumber daya ikan.
“SIPI dengan alat penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets) yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Permen ini, masih tetap berlaku sampai dengan habis masa berlakunya,” pungkas Gellwynn
Banyak kapal nakal tidak sesuai ukuran
Tak hanya menertibkan kapal yang dapat merusak lingkungan bawah laut Indonesia, KKP juga menemukan banyak kapal nakal yang tidak sesuai ukuran di lapangan.
Untuk melihat kondisi lapangan yang sesungguhnya, KKP melalui DJPT menurunkan tim terpadu ke Rembang, Pati, dan Tegal dengan memilih secara acak sample ukuran Gross Tonnage (GT) kapal dan hasilnya sangat mengejutkan.
Berdasarkan random sampling pengukuran GT kapal perikanan yang ada, ditemukan data sebagai berikut:
Tabel Hasil Pengukuran Kapal Sampling Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung

No.
Nama Kapal Ukuran Bersarkan Gross Akte (GT) Hasil Pengukuran di Lapangan (GT) Selisih (GT)
1. Safa’at Jaya Abadi 29 81 52
2. Wahyu Santoso 15 34 19
3. Rukun Abadi 01 30 65 35
4. Tunggal Ika 26 37 11
Tabel Hasil Pengukuran Kapal Sampling Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari

No.
Nama Kapal Ukuran Bersarkan Gross Akte (GT) Hasil Pengukuran di Lapangan (GT) Selisih (GT)
1. Hasil Wijaya 30 68 38
2. Jaya Mulya 30 55 25
3. Purbasari Jaya 30 64 34
4. Satria Kirani 30 64 34
5. Sumber Berkah 30 50 20
6. Ulam Sari Putra Tsani 30 49 19
7. Hana - R 30 47 17
8. Abimanyu Abadi 30 49 19
9. Argo Mulya Putra 30 70 40
10. Berkah Jaya-5 30 63 33

Tabel Hasil Pengukuran Kapal Sampling Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo

No.
Nama Kapal Tanda Selar Pengukuran Fisik (GT) Selisih
(GT)
1 Harapan Sejati I GT 29 No. 153/Np 71 42
2 Harapan Sejati II GT 30 No. 157/Np 122 92
4 Karunia Barokah II GT 30 No. 132 Gb 48 18
5 Mino Barokah GT 29 No. 152NP 131 102
6 Tunggal Ika GT 26 No. 906/Ft 37 11
(perhitungan GT berdasarkan PM. 08 Tahun 2013 tentang pengukuran kapal)
“Kami temui di lapangan banyak kapal nakal tidak sesuai ukuran. Sampai saat ini pengukuran ulang kapal terus kami lakukan (fisik kapal), karena ukurannnya menjadi lebih kecil dari yang tertera di surat ukur yang sekarang. Kami akan tertibkan dan cabut izinnya,” pungkas Gellwynn.
Gellwyyn menambahkan, beberapa data yang dimiliki oleh KKP juga turut memperkuat dugaan terjadinya mark down. Dari data tersebut sangat jelas terlihat pemilik kapal sengaja melakukan mark down ukuran kapal dengan maksud agar mendapatkan BBM bersubsidi. Selain itu, kapal yang di mark down otomatis pembayaran Pungutan Hasil Perikanan (PHP)nya tidak sesuai dengan ukuran kapal, sehingga merugikan negara dalam hal Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)