Rabu, 04 November 2015

MEMENANGKAN HATI RAKYAT MELALUI STRATEGI PENCITRAAN



Dunia politik tak ubahnya seperti arena bertarung yang sangat membutuhkan strategi jitu dalam pemenangannya.  Tidak hanya sekedar politik uang yang mampu berperan sebagai second God dalam memenangkan hati rakyat.


Saat ini rakyat semakin kritis dan sebagian besar tak lagi tertarik pada politik uang, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa masih ada sebagian partai politik yang menggunakan politik uang sebagai strategi pemenangannya.
Menurut survey yang dilakukan oleh Pew Research Center for the People and the Press terhadap sekitar 200 konsultan politik di seluruh dunia pada tahun 1997 – 1998, ditemukan fakta bahwa kualitas dari pesan-pesan kampanye politik sebuah partai politik dan strategi pencitraan para pemimpin partai politik merupakan faktor utama dalam menentukan kemenangan dalam pemilihan umum, sehingga selain faktor biaya yang mutlak dipersiapkan untuk menggerakkan mesin politik, pencitraan partai politik dan pemimpin partai politik merupakan kunci penentu kemenangan.
Melalui pendekatan program kerja sebuah partai politik kepada pemilihnya hanya akan dimengerti oleh publik yang “melek” politik. Bagi publik yang “buta” politik, mereka akan lebih suka melihat citra para pemimpin partai politik.
Pengertian citra berkaitan erat dengan suatu penilaian, tanggapan, opini, kepercayaan publik, asosiasi, lembaga dan juga simbol simbol tertentu terhadap bentuk pelayanan, nama perusahaan dan merek suatu produk barang atau jasa  yang diberikan oleh publik sebagai khalayak sasaran (audience).
Dengan demikian, tanggapan dan penilaian publik merupakan unsur penting dalam melakukan penelitian tentang Citra. Citra (image) adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap obyek tersebut akan ditentukan oleh citra obyek yang menampilkan kondisi yang paling baik.
Memasarkan partai politik tak ubahnya seperti memasarkan sebuah produk barang atau jasa kepada target pasarnya.  Pada dasarnya, jika diibaratkan berdagang, target pasar untuk partai politik adalah para pemilih (voters), jika kita melakukan segmentasi pemilih yang menjadi target pasar partai politik, maka akan terdapat 4 jenis pemilih potensial yang ada di Indonesia.
Pertama adalah pemilih ideologis (ideologist voters), yang kedua adalah pemilih tradisional (traditional voters), yang ketiga adalah pemilih rasional (rational voters) yang terbagi dalam pemilih intelektual dan non partisan, sedangkan yang keempat adalah pemilih yang masih berubah-ubah (swing voters).  Ideologist Voters dan Traditional Voters menguasai sekitar 40% darimarket share, sedangkan Rational Voters dan Swing Voters menguasai sekitar 60% dari market share (Priosoedarsono, 2005).
Jika kita berbicara mengenai strategi pencitraan, tak dapat dilepaskan dari peran media massa dalam kapasitasnya sebagai media (wadah) untuk memberitakan kepada publik serta memberi citra dari aktivitas para aktor politik yang diberitakan dan menjadi konsumsi media massa.
Disini peranan “Framing” maupun “Agenda Setting” menjadi penting, karena agenda media (dalam hal ini media memilih berita-berita yang akan menjadi headline dalam pemberitaannya) merupakan agenda publik, artinya adalah publik disodorkan headline berita yang memang telah diagendakan oleh media untuk menjadi berita utama (headline).


MENGAPA INCUMBENT (PETAHANA) BANYAK MENANG PILKADA

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig189faDLLuZoIeq5gGRUhFl7IYKZQtR-U82I-EKndhcvhDqGWQXKdSQ-79DavDuwpvw4viYmNOBC0lEwfJPiHFWcF9MPUwLwhOb_7q2AVP3Sy5Cah_oUXgvxLjbZv3PGq3yXyjLDgMHY/s200/pilkada.jpeg
Sejak pertama Pilkada digulirkan pada tahun 2005, hingga kini sudah ribuan Pilkada telah dilaksanakan di Indonesia. Dari data yang ada, Pilkada banyak dimenangkan oleh pihak incumbent. Bila dipersentasekan kira-kira mencapai 85% Pilkada dimenangkan oleh incumbent.
Pertanyaannya, mengapa Pilkada banyak dimenangkan oleh incumbent?.Ada beberapa faktor mengapa incumbent lebih mudah untuk memenangkan Pilkada di Indonesia.
Pertama, incumbent mengusai akses ekonomi. Dengan kedudukanya sebagai bupati atau walikota atau gubernur yang sedang menjabat, seorang kandidat menjadi punya kesempatan yang lebih besar untuk mengusai akses ekonomi dibanding kadidat lain. Kemudahan akses ekonomi ini tentunya memudahkan seorang kandidat untuk mendapatkan dana untuk pembiayaan kampanyenya. Sering kali, incumbent justru yang kewalahan dengan para pihak yang datang menawarkan dana pilkada. Dengan dana yang melimpah ini, pihak incumbent bisa melakukan banyak hal. Dalam Pilkada, dana memang bukan segalanya tetapi sangat penting keberadaanya.
Kedua, incumbent mengusai akses sosial. Penguasaan terhadap akses sosial ini sangat penting karena akan mendongkrak tingkat popularitas dan elektabilitas kandidat. Sejak hari pertama incumbent dilantik, ia akan memiliki akses untuk bertemu dan berkunjung ke masyarakat. Tentunya dengan menggunakan fasilitasnya sebagai incumbent. Incumbent bisa menghadiri acara atau menciptakan acara untuk bisa selalu bertemu dengan warga. Sudah menjadi rahasis umum bahwa incumbent selalu menggunakan dana BANTUAN SOSIAL untuk memupuk modal sosial ini.
Ketiga, incumbent mengusai akses politik. Bila seseorang sudah menjabat sebagai bupati, walikota atau gubernur, rasanya tidak akan susah untuk menguasi kursi pimpinan partai politik. Bahkan partai politik justru berebut untuk menempatkan incumbent sebagai ketua partai. Demikian juga pada saat pencalonan Pilkada, incumbent tidak akan repot mencari partai. Justru partai politik yang datang berbondong-bondong untuk menjadi meniadi partai pengusung. Dengan kemudahan akses politik ini, incumbent tentunya bisa memilih mesin partai politik mana yang memiliki dukungan luas di daerahnya.
Dengan segala kemudahan yang dimiliki incumbent tersebut, maka tidak heran bila sangat sedikit incumbent yang kalah dalam Pilkada. Hanya incumbent yang "keterlaluan" yang kalah dalam Pilkada.

Nama         : Ali Wardana Panggabean

Jabatan      : Direktur Ali Wardana Panggabean Center

Rabu, 23 September 2015

Cara Berpikir Out Of The Box

Cara berpikir di luar kotak pertama kali diperkenalkan oleh seorang matematikawan Inggris Henry Ernest Dudeney lewat sebuah teka teki yang ia ciptakan. Selain Henry, Edward de Bono juga mengartikan cara berpikir di luar kotak sebagai cara berpikir lateral. Ia berkata “Seseorang tidak dapat menggali lubang di tempat yang berbeda dengan menggali lebih dalam lubang yang sama.” Ini memiliki arti bahwa seseorang tidak akan menemukan hal yang baru, hal yang tidak pernah ditemui dan dialami sebelumnya jika masih berada pada cara pemikiran yang sama. Seseorang harus berani mengambil keputusan untuk keluar dari ‘kotak’ tersebut, zona aman yang dimiliki, maka barulah hal-hal baru, inovasi, pengalaman, dan keberhasilan baru yang tidak terbayangkan bisa menghampiri diri seseorang.
Cara Berpikir OUT OF THE BOX
Satu hal yang paling sering dipertanyakan banyak orang adalah bagaimana caranya untuk bisa berpikir di luar kotak. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan seseorang untuk mampu berpikir di luar kotak dan akhirnya menemukan suatu hal yang baru dan berbeda dari apa yang pernah dialami dan diterima orang kebanyakan.
  • Keluar dari zona aman.
Setiap orang cenderung menikmati dan terbuai akan zona aman yang sudah dimilikinya pada saat ini, namun itu akan menjadi penghalang dari sebuah inovasi. Karena pada saat seseorang menikmati posisinya di dalam kotak yang ia anggap sudah sangat nyaman, ia tidak akan pernah bisa melihat adanya peluang di luar sana untuk menemukan suatu terobosan baru atau sebuah peningkatan atas level hidupnya. Maka itu jika seseorang ingin bisa melihat dan berpikir di luar kebiasaan dan kerangka masalah yang ada, beranikan diri untuk keluar dari zona aman.
  • Tinggalkan keraguan.
Seringkali keraguan berhasil membuat seseorang kembali berpikir di dalam kotak, karena adanya keraguan apakah hal-hal yang ada di luar kotak itu benar akan membawa peningkatan dalam kehidupan, apakah hal-hal di luar kotak bisa memberikan suatu inovasi baru dalam pekerjaan. Keragu-raguan itu harus ditinggalkan, sebab perlu diketahui bahwa tidak ada satupun hal di dunia ini yang tidak memiliki resiko. Jika seseorang ingin mengalami peningkatan dan terobosan dalam hidup, maka selain mulai keluar dari zona aman tersebut, yakinlah untuk memanjat kotak tersebut, dan segeralah keluar dari dalamnya, maka hal-hal baru yang tidak pernah terbayangkan akan ditemui.
  • Dengarkan orang lain, terbuka, dan menerima.
Orang-orang yang berpikir di dalam kotak adalah orang-orang yang tidak pernah mau menerima ide-ide yang bermunculan di sekitarnya. Mereka selalu memandang ide-ide tersebut tidak akan bekerja. Oleh karena itu, seorang yang mau untuk berpikir di luar kotak harus memiliki kerendahan hati untuk membuka dirinya, menerima pendapat dan ide-ide dari orang lain, kemudian mengolah nya dengan cara-cara di luar kerangka berpikir yang pada umumnya.
  • Keterbukaan untuk melakukan hal yang berbeda,dan melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda.
Albert Einstein mengatakan“ Hanya orang-orang gila yang mengharapkan hasil berbeda akan tetapi menggunakan cara-cara yang sama. ”
GAMES OUT OF THE  BOX
Sambungan 5 garis tampa putus yang mengena 6 titik.
GAMES OUT OF THE BOX
KREATIF Sambungan 3 garis tampa putus yang mengena 6 titik.

GAMES OUT OF THE BOX
Silahkan Anda Sambungkan semua 6 titik ini dengan 1 (satu) Garis, Apakah anda bisa?

Semoga bermanfaat bagi Anda dan Indonesia
Sumber : Dari berbagai Sumber

Jumat, 11 September 2015

MENGATASI BLACK CAMPAIGN



Kampanye negatif atau black campaign selalu digunakan oleh lawan politik untuk menjatuhkan kredibiltas kandindat. Hal ini jangan terlalu dipermasalahkan. Anggap saja dalam persaingan itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting justru bagaimana mengantisipasi dan mengatasi black campaign itu agar tidak merugikan kandidat.
Dalam perang, black campaign digunakan untuk menjatuhkan semangat prajurit, mereduksi kepercayaan, mengurangi dukungan rakyat, serta membiaskan fokus para pemikir strategi perang (psiko-war). Tujuan yang sama juga berlaku dalam Pilkada.
Dalam Pilkada black campaign dilakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Yang terang-terangan dilakukan secara terbuka dan dilakukan oleh orang yang jelas. Sedangkan yang tertutup dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dari mulut-ke mulut, tak jelas siapa penanggung jawabnya bahkan pelakuknya.
Seringkali yang terang-terangan lebih mudah dipatahkan daripada yang sembunyi-sembunyi. Seorang tokoh masyarakat yang semula loyal serta berkomitment untuk mengerahkan warganya memilh kandidat, tiba-tiba beralih kepada kandidat lain, hanya karena malamnya ia didatangi oleh seorang tokoh masyarakat lainnya dan menjelaskan skandal keuangan yang menimpa kandidat yang kita dukung. Lengkap dengan kronologisnya, saksinya, serta dalil-dalil agamanya.
Black campign seperti ini jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan black campaign yang dilakukan terbuka. Karena tak tampak dan langsung kepada sasaran. Kalau ada issue dikoran, kita lebih mudah memantaunya.
Apa yang mesti dilakukan untuk mengantisipasi black campaign tertutup seperti itu?

  1. Jadilah pendengar yang baik. Anda harus membangun struktur komunikasi yang baik kepada saluran-saluran pemasaran Anda. Dengan saluran yang baik itu, semua pendapat negatif dan issue miring yang menimpa Anda dapat tercium terlebih dahulu.
  2. Inventarisir issue-issue miring yang menimpa kandidat, lalu buatlah kronologis terhadap issu-isuee tersebut. Tentu saja dengan perspektif yang positif.Semacam klarifikasi gitu. Jika terdapat issue negatif yang mulai menyebar di masyarakat, segera gandakan klarifikasi tersebut dan banjiri target dengan klarifikasi yang telah dipersiapkan. Baik melalui pengiriman tulisan maupun utusan. 
  3.  Kendalikan media massa. Jangan sampai media massa mengangkat issue-issue bombastis seperti itu. Koran tentu akan sangat senang memuat berita tersebut, karena korannya akan laku. Namun perlu diingatkan kepada mereka bahwa memuat berita yang belum tentu kebenarannya akan menjadi boomerang bagi media tersebut. lakukan bujukan secara halus untuk menyampaikan hal tersebut. Kalaupun mereka tetap akan meumuat berita, sampaikan kewajiban untuk memuat dua sisi berita yang seimbang (cover side both), klarifikasi dengan memuat cerita versi sebenarnya juga perlu dilakukan jika berita tersebut terlanjur dimuat media. 
  4.  Hubungi tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh, dan jelaskanlah kejadian sesungguhnya secara langsung, tanpa perantara, oleh kandidat yang bersangkutan.
  5. Bentuklah tim yang terdiri dari orang-orang yang dapat dipercaya untuk memantau dan mengkalrifikasi black campign yang dilakukan lawan politik. 

Formulasi yang paling jitu menghadapi black campaig sebenarnya adalah dengan cara mengantisipasinya. Jangan biarkan dia berkembang.
http://jaringansuaraindonesia.com/

PEMBUSUKAN KARAKTER BALON KEPALA DAERAH MELALUI MEDIA MASSA

Hammer dan Hogan dalam bukunya how to manage conflic, mengatakan pengertian konflik sebagai segala bentuk pertikaian yang terjadi dalam organisasi, baik antara individu dan individu, antara individu dengan kelompok maupun antara kelompok dengan kelompok yang bersifat antagonistis. Konflik selalu melibatkan dua orang atau lebih (perorangan atau kelompok) yang terjadi apabila salah satu fihak merasa kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi. Hal yang mendorong munculnya konflik tentu saja karena ada kepentingan yang ingin di capai namun dirasa ada sesuatu (hambatan, rintangan atau lawan) yang berpotensi menghalangi tujuan. Biasanya konflik timbul karena orang lain atau sesuatu dipandang berpotensi ditakuti dapat mengganggu berbagai proses dalam upaya memperoleh cita-cita, menjadi kepala daerah misalnya. Namun biasanya konflik muncul begitu saja tidak direncanakan sebelumnya. Tetapi paradigma baru, dewasa ini, orang pintar menggunakan konflik sebagai senjata ampuh membentuk opini dan menghancurkan karakter seseorang ataupun kelompok.
Karakter yang dimaksud adalah jiwa, sosok, maupun kredibilitas yang melekat pada diri seseorang atau kelompok dan tentunya seseorang atau kelompok itu memiliki kekuatan atau power. Ketakutan inilah yang mendorong penciptaan konflik ditengah-tengah masyarakat melalui berbagai cara dan media massa adalah tempat yang tepat mengumandang-kannya. Orang pintar mengatakan, komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau pesan-pesan (message) dari satu fihak kepada fihak lain melalui media tertentu.
Sebagai media massa apakah koran, majalah, radio maupun televisi merujuk etika jurnalistik sebenarnya sah-sah saja jika media massa dipergunakan untuk mengekspose kejelekan, keburukan atau kelemahan seseorang apalagi pada proses pemilihan kepala daerah. Di banyak kasus, menjelang pemilihan umum khususnya pemilihan kepala daerah, orang awampun sudah dapat menilai sebuah surat kabar atau media elektronika berdiri membela siapa. Melalui pemberitaan sepanjang detik, menit, jam, harian, mingguan maupun bulanan terlihat jelas pembelaan mela-lui foto dan berbagai sepak terjang seseorang mempromosikan bahwa dirinya adalah sosok yang tepat dipilih menjadi pemimpin.
Ada-ada saja berita yang dikemas sebagai alasan untuk tampil, dari berita peresmian serikat tolong menolong (STM) sampai kepintarannya sewaktu di Taman Kanak Kanak pun dirasa perlu dimuat. Upaya tersebut sebenarnya adalah jalan baik untuk lebih memperkenalkan diri (karena sebelumnya tidak dikenal) kepada orang lain dan sebagai upaya memudarkan pikiran simpati orang kepada lawan politiknya. Tetapi ada juga penguasaan media massa yang khusus menjelek-jelekan, bahkan menghancurkan masa depan orang lain. Lihat saja seorang anggota senat (menteri) di Amerika yang mengundurkan diri karena ditekan lawan politiknya melalui pemberitaan affair dirinya dengan seorang wanita, kasus yang sama juga terjadi pada oknum kepala daerah dan anggota DPR/DPRD di Indonesia.
Pada sisi penguasaan media massa ini, kedewasaan masyarakat benar-benar teruji untuk melihat siapa sebenarnya yang baik dan buruk, yang pintar dan bodoh dan yang pantas atau tidak pantas. Kaum politisi maju era kini tidak lagi terlalu repot mempergunakan media massa untuk memperoleh dukungan masyarakat, ada cara yang dipandang lebih strategis seperti melalui pendekatan dari hati ke hati dan pendekatan kebutuhan. Lagi pula insan pers jaman sekarang sudah terlalu pintar untuk dapat dipermainkan dan diperalat sesuai nilai kontrak. Jujur sajalah, aji umpung sebenarnya telah banyak menipu calon kepala daerah yang miskin atau yang kaya.
Sebagai contoh pembelajaran, di sebuah media massa sosok seseorang acap kali tampil seolah-olah dirinya matahari yang harus terbit menyinari bumi setiap hari, namun ia lupa, tidak semua orang yang menginginkan sinar matahari tersebut terik bersinar sepanjang hari. Tidak percaya, tanyakan saja kepada anak sekolah yang berjalan kaki sepanjang hari, petani yang baru menanam tanamannya, termasuk wanita-wanita cantik yang berkulit halus. Maksudnya, ada saatnya matahari dibutuhkan sinarnya terik namun dibutuhkan juga matahari yang redup seperti mendung serta kadang matahari harus mengalah dan memberikan kesempatan kepada hujan untuk tampil kedepan. Persoalannya terletak pada kepintaran mengatur waktu agar penampilannya tidak menjengkelkan orang lain bahkan membuat marah, tetapi membuat orang merasa tersanjung, simpati dan yakin akan diri kita.
Bila seorang bakal calon kepala daerah (balon) melakukan pendekatan dari hati ke hati serta pendekatan kebutuhan (lebih ekstrim), dukungan tidak akan lari kemana-mana. Walaupun media massa menyanjung kita sampai ke ujung langit, apakah isteri, anak atau saudara lawan politik akan berpaling kepada kita? Jawabnya, mustahil … tetapi apakah peluang itu ada? jawabnya ada. Kuncinya, bagaimana kita mampu meru-muskan pola penghancuran karakter yang sebenarnya terhadap lawan politik tidak sekedar pembusukan karakter di media massa yang tidak semua orang membacanya. Kalaupun nantinya busuk masih bisa di obati, kalau sudah hancur, bagaimana . Sesungguhnya sudah banyak dipraktekkan dalam dunia perpolitikan modern dewasa ini, namun tidak semua orang mendalaminya dengan seksama.
Jika di kaji-kaji, ide ini sudah kuno walaupun demikian, masih saja banyak orang yang terperosok maupun dijerumuskan sengaja ke persoalan-persolan harta, tahta atau kekuasaan, dan lawan jenis (pria atau wanita). Kita harus ingat tidak semuanya yang kuning itu emas, namun ada juga warna kuning itu kotoran manusia demikian juga tidak semua kawan itu kawan dan tidak semua lawan itu lawan. Pembusukan karakter bagi balon kepala daerah adalah pekerjaan lamban dan cenderung sia-sia, mengapa takut mencoba pembunuhan karakter? Tulisan ini adalah sedikit pemikiran yang ingin membuka penjajahan prilaku yang dilakukan berbagai politikus yang sering kali mengorbankan orang baik yang bertujuan baik membangun masyarakat. Jika sudah begini, persiapkanlah diri menghadapi penghancuran karakter, siapa takut silahkan menjadi penonton di pinggir lapangan.
(Penulis Sekretaris IKADI-PP Dairi/Pakpak Bhara.)

Minggu, 09 Agustus 2015

LAGU KARAOKE: DOWNLOAD LAGU KARAOKE

LAGU KARAOKE: DOWNLOAD LAGU KARAOKE: TEMPAT DOWNLOAD LAGU KARAOKE Lagu Karaoke L agu Karaoke merupakan lagu yang menghilangkan suara vokal dan memberikan teks/lirik vocal...

Kamis, 06 Agustus 2015

Strategy Pemenangan Balon Walikota dan Wakil Walikota



Fase Pertama Dalam Strategy Pemenangan Balon Walikota dan Wakil Walikota Adalah :
I.                   D.I.K.E.N.A.L. Strategy Pilihan:
1.      Jadi Selebriti;
2.      Ikut Serta Dalam Kegiatan,Yang Banyak Disorot Media.

Fase Kedua Dalam Strategy Pemenangan Balon Walikota dan Wakil Walikota Adalah :

II.                P.O.P.U.L.A.R.I.T.A.S. Strategy Pilihannya:
1.      Menjadi Selebritis yang selalu digosip kan sebagai orang bijak.
2.      Membuat Event dimana masyarakat, dapat mengenal Anda, secara luas, sebagai orang bijak

Fase Ketiga Dalam Strategy Pemenangan Balon Walikota dan Wakil Walikota Adalah :

III.             E.L.E.K.T.A.B.I.L.I.T.A.S. pada fase ini tidak ada strategy pilihan! ada 10 poin yang harus dilakukan :
1.      Bentuk Team Penjaring Aspirasi dan Jurkam. Lakukan Gerilya Sampai Tingkat RW. Mengacu Pada Hasil Survey Pemetaan Calon Voters!!
2.      Bentuk Team Khusus Untuk Tanggungjwb Attribut Campign. Dari Ide, Design, Publishing, Distribusi, Sampai Pencopotan Setelah Campign.
3.      Bentuk Team Audit, Untuk Mengawasi Team Inti Dan Team Penjaring, Serta Team Atrribut. Pekerjakan Secara Independen!!
4.      Dengan Data Yang Didapat Team Penjaring. Buat Solusi Terhadap Isu Yang Berkembang Pada Dapil. Buat Solusinya Dan Jadikan Jargon!!!
5.      Gunakan Fasilitas Dari Partai Pendukung. Tapi Jangan Masukkan Anggota Partai Dalam Team Sukses, Kecuali Sudah Jelas Track Recordnya. dan Hanya Sebagai Jurkam!!!
6.      Manfaatkan Kesalahan yang Dibuat Oleh Incumbent/ Pemerintahan Sebelumnya, dan Munculkan Ide2 Segar, Sebagai Janji Campign!!!
7.      Libatkan Media,Terutama Media Sosial, Dalam Ekpos Janji Kampanye!!!
8.      Cari Moment2 Yang Bisa Dipakai Untuk,Membantu Rakyat Pada Dapil. Terutama, Yang Memiliki Dampak Masive!!
9.      Apabila Ada Debat Publik Dengan Kandidat Lain, Siapkan Team Khusus, Dengan Melibatkan LSM Yg Tau Permasalahan Dapil.
10.  Khusus Utk Incumbent!!! Jalankan Program Program Pro Rakyat,Khususnya yang Bersifat Masive, Selama Masa Kampanye.

Bagaimana mendesain pemilih menjadi pemilih sesungguhnya?



Momentum Pemilukada yang akan dilaksanakan dalam beberapa bulan mendatang harus menjadi kesempatan yang baik bagi rakyat untuk memperoleh pendidikan politik, agar pesta demokrasi lokal ini dapat berkorelasi positif dalam penguatan kebersamaan dan tetap terjaganya harmoni sosial.

Kita tentu berharap agar para elit politik lokal, para kandidat beserta segenap tim pemenangannya untuk membangun langkah dan perilaku yang konstruktif dan edukatif, agar Pemilukada itu menjadi pesta rakyat yang menyenangkan dan mencerahkan bukan menegangkan. 

Para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Pemilukada harus memiliki good will dan political will untuk melakukan pendidikan politik, agar proses dan pelaksanaan kompetisi politik berjalan secara berkualitas dan berbudaya.

Para kandidat yang akan berlaga di medan persaingan harus mampu mengangkat isu dan tema konstruktif serta program-program yang realistik untuk mendorong perubahan dan kemajuan yang berarti.

Pertanyaannya adalah bagaimana mendesain pemilih menjadi pemilih sesungguhnya, bukan suporter (pemilih yang semu), sehingga dapat mendongkrak kualitas Pemilukada sekaligus mampu memberikan makna pendidikan politik bagi warga?.